Selasa, 13 Januari 2015
Jazz Mben Senen
Ulang tahun yang ke-5 Jazz Mben Senen
Kamis, 08 Januari 2015
Workshop Kepedulian Masyarakat Terhadap Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan
kompleks yang gejalanya muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi
pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan mempengaruhi proses
perkembangan anak. Akibat gangguan ini anak tidak dapat secara otomatis belajar
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia
seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Gejala individu autistik yang muncul
(salah satu atau kesemuanya) adalah gangguan interaksi kualitatif, gangguan komunikasi
yang diatasi dengan kemampuan komunikasi non-verbal, dan perilaku repetitif
terbatas dengan pola minat, perilaku dan aktifitas berulang.
Anak
autis tidak selayaknya dibiarkan dalam kehidupannya sendiri tanpa kepedulian
serius dari lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat. Tak hanya itu, orang
tua maupun guru atau pendidik serta pendamping anak autis juga perlu
mendapatkan kepedulian dari masyarakat agar mereka dapat mendampingi dan
membimbing anaknya dengan lebih baik. Hal inilah yang melatarbelakangi Yayasan
Edukasi Anak Nusantara (YEAN) menyelenggarakan Workshop Kepedulian Masyarakat
terhadap Autisme di Daerah Istimewa Yogyakarta (Selasa, 30/12) di University Club
UGM. Dalam sambutannya pada workshop ini, KPH. Wironegoro, MSc sebagai Ketua
Yayasan Edukasi Anak Nusantara (YEAN) mengapresiasi workshop ini sebagai langkah awal dalam membuka wawasan
dan mengeksplorasi berbagai opini masyarakat terkait autisme. Workshop ini juga
bertujuan untuk melakukan pemetaan permasalahan serta mengindentifikasi
pihak-pihak yang terkait isu autisme. Outputnya adalah untuk menghimpun
berbagai program kampanye peningkatan kepedulian masyarakat terhadap autisme. Dipilihnya
Daerah Istimewa Yogyakarta oleh YEAN sebagai titik awal programnya. Selain
karena keistimewaannya sebagai pilar kebudayaan, pusat-pusat layanan autis di
Yogyakarta juga sudah banyak. “Saya berharap ke depan, DIY memiliki kurikulum
keistimewaan yang berfokus pada anak-anak berkebutuhan khusus, seperti
autisme. Dan Yogyakarta dapat menjadi
leading community dalam penanganan anak-anak berkebutuhan khusus, salah satunya
autisme, ungkapnya. Dengan demikian, masyarakat akan semakin tanggap karena di
daerahnya tersedia banyak layanan-layanan autis.
Hal sama
juga disampaikan oleh Baskara Aji, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
DIY, “DIY baru saja mencanangkan Deklarasi Pendidikan Inkulis“. Deklarasi ini sebagai
bentuk perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus di DIY. Hingga saat ini
tercatat 26 anak dengan atuisme yang dibina di lembaga pendidikan atau sekolah
inklusi maupun SLB dari 2388 anak berkebutuhan khusus yang ada di DIY. Kecilnya
angka ini menurutnya dikarenakan oleh berbagai faktor seperti tingkat
kepercayaan orang tua terhadap sekolah reguler penyelenggara pendidikan inklusi
yang masih kurang. Selain itu, kurangnya tenaga pengajar khusus autis juga menjadi
kendala dan tenaga pengajar yang di sekolah reguler yang belum memiliki
keberpihakan terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK), khususnya autis. Selama ini, pengajar autis diambilkan
dari guru SLB. Karenanya Pemprov DIY saat ini tengah melakukan program
pembinaan guru-guru reguler untuk dilatih berbagai aspek-aspek bagi anak
berkebutuhan khusus seperti autisme.
Acara
yang dilaksanakan bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus
Layanan Khusus (PKLK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini
menghadirkan para narasumber di sesi pertama yaitu Dr. Indria Laksmi Gamayanti,
M.Si, Pakar Autisme dari Universitas Gadjah Mada sekaligus Praktisi Klinis di
Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr Sardjito yang akan mengupas materi pemahaman
dasar tentang autisme maupun fakta, mitos dan permasalahan yang berkembang
seputar autisme. Selanjutnya, aspek
penangganan dan layanan terhadap anak berkebutuhan khusus disampaikan
oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Wakil Ketua Yayasan Edukasi Anak Nusantara. Sebelumnya acara dibuka oleh Kasubdit
Kelembagan dan Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus Layanan
Khusus, Ditjen Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dra.
Sri Wahyuningsih, M.Pd, yang juga memberikan arahan seputar peran pemerintah
terhadap kepedulian pada autisme.
Di
sesi kedua, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi
kelompok FGD (focus group discussion)
yang dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok keluarga dari anak autis di bawah
lima tahun, kelompok keluarga dari remaja autis, kelompok wakil institusi yang
memberikan pelayanan dan pendidikan khusus bagi anak dan remaja autis serta
kelompok masyarakat umum. Diskusi kelompok merupakan media untuk berbagi
pengalaman diantara peserta diskusi terkait isu autisme serta bertujuan untuk
mengeksplorasi permasalahan yang dihadapi anak autis, keluarga, pendidik maupun
masyarakat pada umumnya. Diskusi ini juga dimaksudkan untuk menggali ide atau
gagasan bagi program kampanye penduli autis. Setiap kelompok diskusi akan
dipandu oleh fasilitator berpengalaman dan memiliki pemahaman berbagai aspek autisme.
Elga
Andriana, salah satu narasumber dalam workshop ini mengutarakan permasalahan
orang tua dari anak gangguan autis yang kerap kali mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pendidikan dan sekolah bagi anaknya yang mengalami gangguan autis.
“Kami sudah tahu kalau anak kami autis. Namun ketika kami daftarkan anak kami
ke sekolah berlabel inklusi, banyak sekolah menolak kami dengan berbagai
alasan. Lalu kami masukkan ke SLB, namun SLB juga tidak mau menerima karena
anak kami dinilai dapat mengikuti pelajaran di sekolah inklusi. Namun, akhirnya
anak saya diterima di SDN inklusi tertentu, yang meskipun ABK-nya sudah banyak,
namun masih mau menerima anak saya”, ungkap Elga menirukan keluhan orang tua. Di
sini Elga menekankan pada pentingnya pendekatan berbasis nilai-nilai inklusif
untuk pengembangan pendidikan dan masyarakat. “Namun yang terpenting adalah
melaksanakan nilai-nilai inklusif ke dalam aksi nyata”, tegasnya.
Seperti
yang juga diungkapkan Pakar Autisme dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Indria
Laksmi Gamayanti, Msi, hal yang paling penting dalam layanan pendidikan anak
dengan autisme adalah memandirikan sesuai dengan batas kemampuan. “Jadi
memandirikan harus dimaknai sebagai batas kemampuan anak”, tegasnya. Terkadang
orangtua lupa atau terlalu terpaku pada pendidikan secara akademis, padahal
yang lebih penting adalah pendidikan kemandirian, karena nantinya anak dengan
autisme tidak akan bekerja seperti orang pada umunya. Karena itu, layanan
pendidikan harus berfokus pada kompetensi dan kemampuan. Ditambahkan Gamayanti,
orangtua memegang peranan penting dalam pendampingan anak dengan autisme.
Pendampingan orangtua hendaknya tidak terlalu protektif, misalnya apa-apa
dilayani karena menganggap anak tidak kompeten. Orangtua harus tetap memberikan
kesempatan anak untuk mencoba dan berusaha dengan kemampuannya sendiri. Di sisi
lain, orangtua seyogyanya tidak menyerahkan sepenuhnya terhadap sekolah/lembaga
di mana anak belajar. Orangtua harus tetap mengambil peran yang cukup untuk
pendampingan anak. Selain orangtua, peran lain bagi anak dengan autisme adalah
peran sekolah atau lembaga layanan autis. Gamayanti berharap, sekolah/lembaga
idealnya memberikan materi belajar yang bermakna dan bermanfaat bagi masa depan
anak. Materi belajar lebih baik berfokus pada keterampilan, tidak hanya mengutamakan
akademis semata.
Senin, 05 Januari 2015
SAMPAH VISUAL SEBAGAI PENYAMPAI PESAN
Dunia periklanan maju dan berkembang
sangat pesatnya dewasa ini dan seakan tidak ada satupun produk yang tanpa menggunakan jasa
periklanan. Semua seakan saling berlomba menawarkan produknya. Berbagai media
dipakai untuk memperebutkan kue di dunia periklanan. Semua ruang dalam hidup
kita dipenuhi oleh iklan dan foto produk yang tanpa kita sadari akan menggiring
kita kedalam jerat konsumerisme. Beriklan merupakan cara yang efektif
untuk melakukan penetrasi kepada masyarakat, sebagai contoh masyarakat
Yogyakarta dalam rangka memasarkan produknya. Dari produk rumah tangga yang
paling sederhana hingga produk high tech. Berbagai macam media dipakai, baik
cetak maupun audio visual. Semua hadir menyapa sisi visual kita. Sejauh mata
kita memandang akan tampak berbagai jenis iklan dan berbagai media yang
dipergunakan. Saat kita asyik menikmati tayangan televisi akan disuguhi juga
berbagai iklan yang mewarnai program televisi. Ketika kita sedang mendengarkan
siaran radio, acara yang kita dengarkan juga tidak terlepas dari iklan radio
yang diputar. Begitu banyak baliho dan papan reklame yang terpampang mengisi sudut-sudut
jalanan maupun ruang publik di sekitar kita. Papan reklame juga kita temui
tertempel dipemandangan sepanjang jalan. Belum lagi saat kita berada di
perempatan lampu merah, selebaran kertas yang menawarkan berbagai jasa ataupun
promosi suatu produk. Dapat disimpulkan betapa kehidupan kita dari segala sudut
tidak pernah lepas dari yang namanya produk visual yang bertransformasi dalam
suatu yang kita sebut iklan. Seperti yang ditulis oleh Sumbo Tinarbuko, dosen
Komunikasi Visual ISI Yogyakarta di Kompasiana.com,” Munculnya sampah visual di
ruang publik, ditengarai akibat egoisme parapihak. Pemerintah tidak segera
menyusun masterplan iklan luar ruang. Perda reklame seolah tidak melarang
ruang publik, taman kota, trotoar, dinding dan bangunan heritage, tiang
listrik, tiang telpon, tiang penerangan jalan, batang pohon menjadi tempat
pemasangan iklan luar ruang. Dinas perijinan dan pajak reklame sangat permisif
memberi ijin tanpa mau kontrol lokasi pemasangan.” Selain itu ia menambahkan
bahwa biro iklan, dan tukang pasang iklan selalu berburu tempat strategis
untuk menancapkan iklan luar ruang agar target marketing komunikasinya
terpenuhi. Dalam hal regulasi pemasangan media periklanan, Pemerintah Kota
Yogyakarta dinilai kurang serius dalam tata ruang karena pemasangan reklame
secara semrawut masih saja terjadi. Bahkan, Walikota Yogyakarta Haryati Suyuti
saat dikonfirmasi mengenai protes masyarakat terkait sampah visual enggan
memberikan penjelasan dan solusi. Seperti yang ditulis di Bisnis Indonesia.com,
orang nomor satu di Pemkot Yogyakarta itu justru melemparkan persoalan ini ke
instansi terkait yaitu Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK)
yang menangani pajak reklame serta Dinas Ketertiban yang melakukan razia
pelanggaran reklame. Sikap yang disampaikan Haryadi itu mengundang kritikan
dari Sekretaris Komisi C DPRD Kota Yogyakarta yang menangani masalah tata
ruang, Suwarto. Politikus PDIP itu menyayangkan sikap Walikota yang
terkesan menganggap remeh persoalan sampah visual,“Harusnya walikota turun
tangan, kalau pun tidak turun langsung minimal menindak tegas instansi terkait.
Ini penting karena menyangkut tata Kota Yogyakarta,” tegasnya. Begitu karut
marutnya sikap pemerintah dalam menangani permasalahan sampah visual yang
semakin lama membuat lingkungan kotor dan mengesankan seakan tidak ada penataan
yang pasti. Selama ini memang belum ada Perda yang mengatur secara jelas,
seperti yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian dan Evaluasi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Wahyu Handoyo, ” Dalam
rencana tata ruang daerah, pengaturan reklame terkait keindahan tata ruang tak
diatur secara khusus, pengaturan khusus mengenai penempatan dan posisi reklame
memang ada, namun terkait pendapatan daerah.”
Pada dasarnya memang tidak bersalah atau melanggar hokum melakukan
promosi untuk menawarkan suatu produk melalui media visual, baik dalam bentuk
baliho maupun pamlet atau selebaran yang terkadang salah sasaran karena hanya
menjadi sampah saat orang yang merasa tertarik akan membuangnya di jalan. Atau
papan-pan iklan yang tertempel di pohon, itu juga tidak melanggar hokum sejauh
tidak membahayakan orang atau pengguna jalan. Tetapi terkadang dikarenakan
regulasinya belum jelas, papan promosi itu akan menimbulkan masalah baru yaitu
sampah visual yang mengotori pemandangan dan merusak keindahan dan seringkali
akan dirusak oleh orang yang merasa itu adalah sebuah sampah, bukanlah suatu
bentuk iklan. Seandainya penataan dan penempatannya menarik dan tidak mengotori
pemandangan mungkin akan menjadi sebuah bentuk promosi yang menarik dan lebih
menyentuh langsung ke calon klien. Beriklan merupakan media paling
efektif untuk mengenalkan sebuah produk kepada masyarakat atapun calon klien.
Namun seandainya pihak-pihak yang bersentuhan langsung, seperti biro iklan
atapun pemerintah yang berwewenang melakukan regulasi membuat langkah yang
bijak dalam mengatur penataan dan penempatan media iklan tersebut dengan
mempertimbangkan sisi keindahan dan kenyamanan. Seandainya semua dapat berjalan,
salah satu bentuk komunikasi massa yang kita kenal yaitu iklan akan memberikan
keuntungan bagi pemilik produk atau modal.
Sumber :
Sampah visual ruang publik Yogyakarta oleh Sumbo Tinarbuko, Kompasiana, 13 Februari 2013
Sampah visual ruang publik Yogyakarta oleh Sumbo Tinarbuko, Kompasiana, 13 Februari 2013
Sampah visual: Pemkot Yogyakarta remehkan keluhan
masyarakat, Bisnis Indonesia, 26
Februari 2013
Selasa, 07 Oktober 2014
Grebeg Idul Adha Kraton Yogyakarta
Senin, 06 Oktober 2014
Anak masa depan..
Melihat lebih dekat..
Melihat lebih dekat bukan berarti tanpa maksud, pasti ada yang menarik dan perlu untuk diperhatikan lebih dari hanya sekilas ataupun karena iba. Pandangan mata dan hati yang rapuh seringkali menyesatkan langkah dalam menuju sebuah tujuan, kerangka hidup yang dibangun sejak jiwa ini dihembuskan ke dunia. Melihat lebih dekat dan merefleksikan setiap jejak langkah yang tertinggal menjadi sebuah prasasti kehidupan..
Meja makan Gereja Villangkanni, Medan..
Jumat, 03 Oktober 2014
Karimun Jawa
Karimun Jawa adalah nama kepulauan di sebelah utara Pulau Jawa, letaknya kurang lebih 83 km dari Kota Jepara Jawa Tengah dan telah ditetapkan menjadi Taman Nasional sejak tahun 2001. Kepulauan Karimun Jawa memiliki tipe ekosistem beraneka ragam, seperti hutan pantai, mangrove forest, ikan hias dan terumbu karang. Sebutan 'Karimun Jawa The Virginal Tropical Paradise' memang sangat tepat, sebab Karimun Jawa memiliki pulau yang berjumlah 27 buah namun baru 4 saja yang berpenghuni. Karimun Jawa akan memanjakan anda dengan panorama alam khas daerah tropis yang sangat luar biasa.
Langganan:
Postingan
(Atom)